Minggu, 03 April 2016

Pulau Run, Kepulauan Banda yang Ditukar New York






Ilustrasi Kepulauan Banda (foto:Istimewa/Wikipedia)
KEPULAUAN BANDA merupakan gugusan pulau yang terdiri dari enam kepulauan kecil. Demikian kecilnya pulau-pulau itu, jika dilihat dari peta Indonesia, maka yang akan terlihat hanya titik-titik kecil saja.

Namun, siapa sangka jika pulau yang sangat kecil itu pernah memainkan peran yang sangat penting pada masa kolonial sebagai penghasil buah pala dan fuli yang dikenal dunia sebagai buah emas.

Gugusan Kepulauan Banda yang terkenal itu adalah Neira atau Banda Neira, Lonthor atau Banda Besar, Run, Ai, Rozengain, dan Gunung Api. Seluruh kepulauan ini bagian dari Kepulauan Maluku, Nusantara.

Pulau-pulau ini dikelilingi batu-batu besar dan karang yang menonjol di permukaan laut. Luas pulau mencapai 40 mil persegi jika laut pasang, dan jumlah penduduknya sebanyak 15.000 jiwa, pada abad ke-16.

Untuk mencapai kepulauan ini, pedagang rempah-rempah dan pelaut Eropa harus mengarungi ganasnya Samudera Hindia dan pantai barat Afrika, terus menuju Asia Tengah, dan baru ke Kerajaan Romawi.

Mereka juga bisa menempuh perjalanan lewat darat dengan melalui Benua Asia, lalu ke Asia Tengah, dan ke Kerajaan Romawi. Meski jauh dan berbahaya, para pedagang dan pelaut ini saling berlomba.

Hasrat orang-orang Eropa ini adalah untuk menguasai perdagangan buah pala dan fuli di Kepulauan Banda. Dalam perebutan kekuasaan itu, sesama bangsa Eropa rela saling membunuh satu dengan yang lain.

Bahkan Belanda rela memberikan wilayah koloni atau jajahan mereka di Pulau Manhattan, daerah muara Sungai Hudson, Amerika bagian utara, yang oleh Belanda diberi nama Nieuw Amsterdam.

Setelah berada di tangan Inggris, Nieuw Amsterdam yang sebelumnya hanya berisi katak diganti menjadi New York. Sejak pertengahan abad ke-19, wajah New York telah sangat berubah dari sebelumnya.

Pembangunan kepulauan itu berlangsung sangat cepat. Dalam seketika, rawa-rawa berubah menjadi hutan beton dan gedung pencakar langit. Kepulauan kering itu pun kini disebut-sebut sebagai Ibu Kota Dunia.

Sementara Kepulauan Banda yang dijajah Belanda, sampai saat ini tetap menjadi gugusan pulau kecil yang ketinggalan jauh dari New York. Bahkan, kepulauan itu sudah mulai dilupakan oleh banyak orang.

Buah Emas yang Turun dari Langit

Buah pala dan fuli di Kepulauan Banda dikenal sebagai buah emas yang turun dari langit. Pada awalnya, buah ini merupakan karunia ilahi. Tetapi setelah datang bangsa Eropa, karunia itu menjadi bencana.

Buah pala yang harum mewangi, lantas menjadi bau anyir darah akibat perang bangsa Eropa. Rakyat Banda banyak yang menjadi korbannya. Kepala mereka dipenggal dan bumi mereka dihanguskan.

Sejarah kelam Kepulauan Banda sejalan dengan cerita rakyat tentang asal muasal pohon pala yang sangat tragis. Dikisahkan, ada seorang raja tersohor di Pulau Banda Besar yang namanya Mata Guna.

Raja ini memiliki seorang permaisuri yang bernama Putri Delima. Mereka hidup bahagia dan dikarunia empat orang putra dan seorang putri cantik rupawan, serta baik hatinya bernama Putri Ceilo Bintang.

Suatu hari, keluarga kerajaan ingin pergi mengarungi laut, mencari tempat tinggal dan pusat kerajaan yang baru. Tempat itu adalah Lonthoir, di Pulau Banda Besar.









0 komentar:

Posting Komentar